Didalam pembangunan pertanian di Indonesia peran dan partisipasi wanita sangatlah besar. Sayangnya sumbangsih tersebut masih dipandang sebelah mata oleh para pemangku kebijakan. Terbukti dari beragam kegiatan penyuluhan atau pelatihan yang tidak mengikutsertakan wanita dalam praktiknya. Padahal wanitalah yang memegang peranan penting dalam pola produksi dan pengambilan keputusan dalam keluarga tani. Akibat dari pembangunan pertanian yang bias gender ini jelas peran dan keikutsertaan wanita dipinggirkan.

Untuk mengkaji permasalahan dan mencari jawaban dari fenomena tersebut, Program Studi Agribisnis, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro berusaha untuk memberikan penjelasan kepada mahasiswa terkait Peranan Wanita dalam Keluarga dan Pembangunan Pertanian di Indonesia. Pada dasarnya kenapa bias gender dalam pembangunan terjadi, strategi apa yang kemudian bisa dilakukan untuk meningkatkan bargaining position wanita tani dan sejauh apa perannya dalam keluarga tani. Kegiatan dosen tamu ini menghadirkan 1 orang pembicara yaitu Guru Besar bidang Gender dari Fakultas Pertanian, UB yang memiliki fokus kajian di bidang tersebut. Dengan begitu harapannya bisa didapatkan pemahaman yang utuh baik secara teori maupun praksis terkait isu gender di bidang pertanian.

Dalam paparannya secara online pada hari Rabu, 07 September 2022 yang dihadiri oleh mahasiswa PS S1 Agribisnis dari angkatan 2019 hingga 2022 ini, Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.S. selaku pembicara menjelaskan bahwa peran perempuan sangatlah besar dalam rumah tangga petani. Tidak jarang perempuan juga mengalami yang disebut double burden, satu sisi mereka bekerja di lahan dan sisi lainnya masih harus mengurus rumah. Perempuan dalam keluarga tani berfungsi untuk produksi, konsumsi, edukasi, sosialisasi, dan afeksi. Tapi, tidak jarang berbagai permasalahan dihadapi perempuan tani, seperti marjinalisasi, subordinasi, work burden, feminisasi, stereotipe gender, dan kekerasan. Kedepan jelas pembangunan pertanian harus melihat peran perempuan dan menjadikan mereka sebagai subjek pembangunan. Pendekatan kesejahteraan, kesamaan, anti kemiskinan, dan pemberdayaan bisa menjadi pilihan agar peran perempuan diakui dan dilihat.