Program Studi Agribisnis Universitas Diponegoro menyelenggarakan kuliah dosen tamu mengenai Prospek dan Tantangan Kelapa Sawit yang berkolaborasi dengan ahlinya Prof. Zulkifli Alamsyah dari Universitas Jambi. Antusiasme mahasiswa mengkaji topik ini terlihat dari keaktifan diskusi dan hadirnya peserta lebih dari 200 orang melalui platform zoom meeting. Inisiasi kolaborasi ini diawali dari aktifnya Program Studi Agribisnis di IPSAGRI (Ikatan Program Studi Agribisnis Indonesia). Kegiatan ini dibuka langsung oleh Ketua Program Studi S-1 Agribisnis, Ir. Kustopo Budiraharjo, M.P dan dihadiri juga oleh kolega Dosen yang tergabung dalam IPSAGRI.

Topik kelapa sawit ini diangkat pada kuliah dosen tamu untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa langsung dari ahlinya, khususnya yang mengambil mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan. Prof. Zulkilfli Alamsyah menyampaikan mulai dari Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit, Peran Perkebunan Rakyat dalam Perkebunan Kelapa Sawit Nasional, Prospek Bisnis Kelapa Sawit, hingga permasalahan yang dihadapi dalam bisnis kelapa sawit.

Prospek bisnis kelapa sawit dikaji dari konsumsi dunia terhadap minyak nabati yang tumbuh sebesar 0,8% per tahun dan terus meningkat. Secara rata-rata laju pertumbuhan konsumsi minyak nabati dunia naik sebesar 2,9% per tahun. Namun, di Industri hilir dalam negeri sebagian besar ekspor produksi CPO Indonesia hanya sekitar 21%. Dengan potensi share areal panen Indonesia yang menduduki nilai tertinggi dunia yakni sebesar 51,4%, maka bisnis kelapa sawit ini menjadi sangat menguntungkan. Selain itu, prospek bisnis ini dikaji dari kecenderungan harga CPO yang semakin meningkat dan minyak sawit yang lebih efisien dari minyak nabati lainnya, membuat topik kelapa sawit ini menjadi sangat menarik untuk dikaji.

Berdasarkan ragam prospek dan potensi Indonesia atas komoditas kelapa sawit tersebut, ada beberapa hal yang masih menjadi kendala di negara kita yakni: [1] Rendahnya produktivitas Perkebunan Rakyat dan besarnya variasi produktivitas, [2] Lambannya peremajaan kelapa sawit dan biaya produksinya yang tinggi, [3] Rendahnya pencapaian sertifikasi perkebunan sawit berkelanjutan; hingga permasalahan dari aspek perdagangan seperti [4] Kampanye negatif terhadap minyak sawit dan produk turunannya; dan [5] Tuntutan terhadap Sustainability perkebunan kelapa sawit (RSPO). Harapannya kolaborasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan bisa terus dilakukan untuk kedepannya.